Penayangan bulan lalu

MENYATUKAN ISLAM DALAM PERBEDAAN

Minggu, 19 September 2010

SEJARAH MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM

SEJARAH MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM
DI JAWA

Muqodimah
Menyangkut hal yang berkenaan dengan sejarah masuknya Islam di Nusantara, terdapat banyak pendapat dan diskusi dengan perdebatan panjang diantara para ahli mengenai tiga masalah pokok, yaitu: tempat asal kedatangan Islam di Nusantara, para pembawanya dan waktu kedatangannya.
Banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai tiga masalah pokok tersebut diantaranya:
Pendapat pertama adalah Teori Arab yaitu, bahwa Islam telah masuk di Nusantara pada abad ke-7 Masehi/abad I H yang dibawa langsung dari Arab. Bukti tentang teori tersebut yaitu, berita dari kerajaan China yang telah menjumpai orang-orang ta’shi (muslim) menurutnya yaitu orang-orang Arab sudah terdapat di Nusantara, dan bukti lainnya yaitu karakteristik Internal Islam di dunia Melayu-Nusantara seperti pengarang kitab, gelar-gelar, batu nisan dan lain-lain.
Teori yang kedua adalah Teori Gujarat (India) yaitu bahwa Islam dating dari Gujarat dan Malabar, India pada abad ke-13. Pendukung teori tersebut banyak dari kalangan sarjana-sarjana Belanda diantaranya Pijnappel dan teori tersebut dikembangkan oleh Snouck Hungronye yang menyatakan, begitu Islam berpijak kokoh di India dan kebanyakan mereka adalah pedagang, kemudian dating ke dunia Melayu-Nusantara sebagai pedagang sambil menyebarkan Islam. Bukti lainnya yaitu Inskripsi tertua tenteng Islam yang terdapat di Sumatra memberikan hubungan antara Sumatra-Gujarat.
Teori yang ketiga adalah Teori Persia yaitu, Islam dating langsung dari Persia pada abad ke-13. Diantara bukti teori tersebut adanya kesamaan tradisi syiah yang berkembang dengan yang ada di Indonesia seperti pada peringatan tanggal 10 Muharram sebagai hari peringatan kematian sayidnya Husein, adanya kesamaan ajaran antara syeikh Siti Jenar dengan Al-Halaj ulama Iran dan penggunaan sistem bahasa Iran yang diterapkan di Indonesia dalam sistem membaca Al-qur’an, tanda-tanda bunyi bacaan, harakat dalam penyajian Al-qur’an tingkat awal.
Sejak abad ke-13, sudah terjadi hubungan politik dan dagang antara orang-orang di kepulauan nusantara dengan Arab, Persia, India dan Cina. Hubungan dagang terjadi terutama melalui jalur laut yang melewati pelabuhan-pelabuhan besar, diantaranya pelabuhan penting di Sumatra yaitu Lamuni, Aceh, Barus, Bagan Siapi-api dan Palembang, pelabuhan utama di Jawa yaitu Sunda Kelapa, Pekalongan, Semarang, Jepara, Tuban dan Gresik telah tumbuh sejak awal abad Masehi. Para pedagang asing yang datang ke pelabuhan tersebut sambil menunggu datangnya musim yang baik bagi pelayaran, mereka membentuk koloni sambil berdagang mereka berdakwah mengenai agama Islam.
Mengenai awal masuknya Islam ke Jawa, para ahli masih belum ada kesepakatan, diantara masalah yang berkanaan dengan masuknya Islam di Jawa yaitu, kapan masuknya Islam ke Jawa dan dari mana datangnya. Hal tersebut akan dijelaskan pada pembahasan penulis dengan materi pembahasan mengenai “Masuk dan Berkembangnya Islam di Jawa”.

Pembahasan
Sejarah Masuknya Islam di Pulau Jawa
Hingga kini belum ada kesepakatan di antara para ahli mengenai awal masuknya Islam ke Jawa, diantara pendapat-pendapat yang mengemukakan tentang masuknya Islam di Jawa yaitu: bahwa Islam sudah masuk ke wilayah Jawa semenjak abad XI atas dasar Inskripsi di Leran, Gresik yang menjelaskan adanya seseorang yang bernama Fatimah binti Maimun, yang wafat pada tanggal 7 rajab 475 H bertepatan dengan tanggal 1 Desember 1082 M yang berarti masih dalam zaman Kediri (1042-1222). akan tetapi pendapat tersebut banyak kalangan yang memperdebatkan tentang asal batu Nisan tersebut, yaitu diduga dibawa masuk ke Jawa setelah tahun yang tertera di dalamnya, karena orang-orang Jawa ketika meninggal menggunakan batu nisan yang berasal dari luar pulau Jawa sehingga kemungkinan batu nisan yang ada di Leran tersebut berasal dari luar Jawa.
Batu nisan yang menyebutkan nama wanita muslim bernama Fatimah binti Maimun ini diperkirakan bahwa di pantai Jawa yaitu Gresik, Tuban dan Jepara sudah ada komunitas Islam yang merupakan pusat perekonomian, perdagangan, pendidikan dan penyebaran agama Islam.
Islam sudah masuk ke Jawa sejak abad XIV berdasarkan batu nisan yang terdapat Trowulan yang menunjukan tahun 1368 dari indikasi tersebut, bahwa sudah ada orang Jawa dari kalangan kerajaan yang memeluk Islam atas perlindungan Kerajaan.
Islam sudah berada di Jawa pada abad XV berdasarkan batu nisan dari makam Maulana Malik Ibrahim yang meninggal pada tahun 1419. ia adalah seorang kaya kebangsaan Persia sebagai pedagang rempah-rempah. Pandangan lain yang menyatakan ia adalah salah seorang diantara wai sembilan yang dianggap penyebar Islam di Pulau Jawa.
Snouck Hurgronje mengemukakan bahwa Islam masuk ke wilayah Jawa melalui jalur India. Ia mengatakan bahwa Sumatra dan Jawa mengenal Islam lewat kontak yang terjadi dengan pedagang-pedagang dari India. Pandangan itu didukung oleh tiga hal, yaitu: kenyataan adanya orang0orang Islam di wilayah India Selatan, adanya jalur perdagangan antara India Selatan dengan kepulauan Indonesia, dan adanya elemen Islam yang amat menonjol dalam kegiatan perdagangan. Pandangan ini didukung oleh kenyataan bahwa batu nisan Malik Ibrahim berasal dari Gujarat.
Masuknya Islam ke Jawa melalui Kamboja. Pendapat ini didasarkan pada adanya hubungan antara kepulauan nusantara dengan kerajaan Cempa. Pada tahun 1471 kerajaan Cempa mengalami kekalahan dari orang-orang Vietnam Utara kemudian keluarga kerajaan mengungsi ke wilayah Malaka. Dan kemudian melanjutkan perjalanan ke wilayah-wilayah kota pelabuhan di Pantai Utara Jawa.
Islam masuk ke wilayah Jawa berasal dari Cina. Pendapat ini berdasarkan cerita Serat Kandha dari Jawa Timur yang menyatakan bahwa Raden Patah adalah anak seorang wanita Cina. Kemudian dikuatkan dengan sejarah banten yang menyebutkan raja Demak sebagai Pati Raja Cina. Hikayat Hasanuddin disebut dengan nama Cek Ko Po berasal dari Mongolia. Dalam Naskah Melayu menyatakan bahwa elemen-elemen Cina yang agak menonjol seperti bangunan-bangunan klenteng besar yang semula adalah masjid yang dibangun muslim Cina yang masuk wilayah Indonesia pada masa kerajaan maritime. Dan menjelaskan bahwa penyiar agama Islam ternyata orang Cina.
Pandangan lain yang lebih bersifat merangkum teori-teori diatas menyatakan bahwa asal-usul Islam adalah dari para guru sufi yang dalam perjalanan mereka ke wilayah Nusantara dapat melalui Hindia atau jalur perdagangan Sutra. Di kawasan Timur Tengah mereka menempuh perjalanan sungai ke Kanton, dan dari sinilah mereka menempuh perjalanan ke wilayah Cempa, Malaysia dan Sumatra. Para guru sufi tersebut berasal dari kebangsaan yang bermacam-macam. Hal ini terlihat karena perkembangan Islam di Indonesia unsure Sufisme sangat dominant dalam kehidupan keagamaan.

Perkembangan Islam di Pulau Jawa
Dalam perkembanganya, Islam di pulau Jawa menduduki rengking pertama dalam tingkat penyebaran Islam diantara pulau-pulau yang ada di Indonesia seperti Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
Dalam hal penyebaran agama Islam di pulau Jawa, pengaruh walisongo sangat kental sekali dan tidak dapat di pisahkan dalam penyebaran Islam di Jawa. Wisongo adalah tokoh-tokoh penyebar Islam di Jawa abad XVI yang telah berhasil mengombinasikan aspek-aspek secular dan spiritual dalam memperkenalkan Islam pada masyarakat.
Wali dalam bahasa Inggris diartikan dengan Saint, sementara songo dalam bahasa Jawa berarti “sembilan”. Wali yang dimaksud lebih dari sembilan, tetapi agaknya bagi masyarakat Jawa angka sembilan memiliki makna tersendiri yang cukup istimewa. Para santri Jawa berpandangan bahwa wlisongo adalah pemimpin umat yang sangat saleh dan dengan pencerahan spiritual religius mereka, bumi Jawa yang tadinya tidak mengenal agama monoteis menjadi bersinar terang, mereka (walisongo) memiliki keampuhan spiritual healing atau penyembuhan berbagai macam penyakit rakyat dengan dukungan ekonomi mereka yang cukup kuat sebagai merchant. Posisi mereka dalam kehidupan sosio-kultural dan religius di Jawa begitu memikat hingga bisa dikatakan bahwa Islam tidak akan pernah menjadi the religion of Java jika sufisme yang dikembangkan oleh walisongo tidak mengakar dalam masyarakat. Dari hal diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa Islam masuk ke Jawa dengan penuh kedamaian, walaupun terkesan lamban tapi meyakinkan. Fakta menunjukan bahwa dengan cara menoleransi tradisi local serta memodifikasinya ke dalam ajaran Islam dan tetap bersandar pada prinsip-prinsip Islam, maka agama baru ini di pulau Jawa sangat berkembang dengan cepat dari kalangan bangsawan-bangsawan serta mayoritas masyarakat Jawa di pesisir Utara.
Dalam Islam, Egalitarianisme (kesamaan hak individua) yang merupakan salah satu ajaran utama Islam agaknya sejalan dengan pandangan masyarakat pesisir yang lebih egalitarian. Keterbukaan dan mobilitas adalah cirri lain masyarakat pesisir yang lebih kondusif terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar maupun dari dalam. Letak coastal area sebagai tempat persinggahan dan pusat kontak masyarakat dunia serta ciri dasar masyarakat pesisir agaknya juga telah membantu mempermudah masuknya Islam di Jawa.
Pada abad XV para saudagar muslim telah mencapai kemajuan pesat dalam usaha bisnis dan dakwah mereka hingga mereka memiliki jaringan di kota-kota bisnis di sepanjang pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di kota-kota inilah komunitas Muslim pada mulanya terbentuk. Komunitas ini dipelopori oleh Walisongo dengan mendirikan masjid pertama di tanah Jawa, Masjid Demak, yang sampai saat ini masih dikunjungi masyarakat muslim di Nusantara. Masjid yang didirikan pada tahun 1428 ini menjadi pusat agama Islam terpenting di Jawa dan memainkan peran besar dalam upaya menuntaskan Islamisasi di seluruh Jawa termasuk daerah-daerah pedalaman.
Bagi komunitas Muslim, masjid Demak tidak saja menjadi pusat ibadah, tetapi juga sebagai ajang pendidikan, mengingat pendidikan pesantren pada masa awal ini belum menemukan bentuknya yang final. Sesungguhnya masjid dan pesantren merupakan Center of excellence yang saling mendukung dan melengkapi dalam membentuk kepribadian muslim. Demikian pula dakwah dan pendidikan tidak bisa dipisahkan dalam sejarah dan ajaran dasar Islam.

Tokoh-tokoh dan Metode Dakwahnya
Perkembangan Islam di pulau Jawa tidak lepas dari peran para wali songo yang dengan keuletan dan kegigihannya menyebar luaskan ajaran Islam di kalangan masyarakat Jawa mereka secara berturut-turut adalah:
1. Syaikh Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim memiliki beberapa nama, yaitu: (1) Maulana Magribi (2) Syekh Magribi dan (3) Sunan Gresik. Maulana Malik Ibrahim menyiarkan agama Islam di Gresik, Jawa Timur. Syekh Magribi wafat tahun 1419 M atau 882 H, makamnya di Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
Karyan dan Dakwahnya:
1. sebagai wali pawing hujan
2. mendirikan pesantren-pesantren

2. Sunan Ampel
Sunan Ampel lahir pada tahun 1401 M. Nama kecilnya adalah Raden Rahmat. Beliau adalah putra Raja Cempa. Raden Rahmat menikah dengan Nyai Ageng Manila, Putri Tuban, yang menurunkan 4 putra:
a. Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang)
b. Syarifudin (Sunan Drajat)
c. Putri Nyai Ageng Maloka
d. Dewi Sarah (istri Sunan Kalijaga)
Sunan Ampel wafat saat sujud di masjid. Tahun wafatnya banyak versi yang menyatakan yaitu, Babad Gresik menyebutkan tahun 1481. sedangkan serat kanda edisi Brandes menyatakan tahun 1478, setahun setelah masjid Demak berdiri. Ia dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel.
Karya dan Dakwahnya:
1. Mendirikan Pesantren
2. Mendirikan Masjid sebagai pusat ibadah dan dakwah
3. Falsafah “Moh Lima”, yaitu moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat dan moh madon.

3. Sunan Bonang
Nama lain Sunan Bonang yaitu Raden Makdum atau Maulana Makdum Ibrahim. Diduga, ia lahir di daerah Bonang, Tuban, pada tahun 1465. Nama ini diambil dari bahasa Hindi, yang bermakna cendekiawan Islam yang dihormati karena kedudukannya dalam agama.
Sunan Bonang wafat di pulau Bawean, pada tahun 1525. makam sunan Bonang ada dua tempat di Bawean dan di sebelah Barat Masjid Tuban, desa Kutareja, Tuban
Karya dan Dakwahnya:
1. Dakwah melalui Pewayangan
2. Ikut mendirikan masjid Demak
3. Membantu Raden Patah
4. Menyempurnakan instrument gamelan, terutama boning, kenong dan kempul.
5. Suluk Wujil
6. Tembang Macapat



4. Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah Putra Sunan Ampel. Nama lainnya yaitu Syarifudin dan Raden Qosim. Beliau hidup pada zaman Majapahit akhir, sekitar tahun 1400 Caka atau 1478 M. sunan Drajat wafat pada tahun 1522 M
Karya dan Dakwahnya:
1. Mendirikan Surau sebagai tempat ibadah dan dakwah
2. Menaklukan makhluk halus
3. Tembang Pangkur
4. Membantu Raden Patah
5. Ikut Membangun Masjid Demak

5. Sunan Giri
Sunan Giri menyebarkan agama Islam di kawasan Jawa Timur, tepatnya di daerah gresik. Beliau hidup antara tahun 1365-1428. ayahnya bernama Maulana Ishaq, berasal dari pasai. Ibunya bernama Sekardadu, putri Raja Blambangan, Prabu Minaksembuyu. Nama kecil sunan Giri adalah Jaka Samudra. Sunan Ampel memberi gelar pada Jaka Samudra dengan gelar Raden Paku.
Karya dan Dakwahnya:
1. Mendirikan Pesantren
2. Sebagai Raja Peralihan
3. dakwah Islamnya melalui jalur politik dan Budaya
4. Permainan Jetungan
5. Jemuran
6. Gula Ganti
7. Cublak-Cublak Suweng
8. Tembang Asmarandana
9. Tembang Pocung

6. Sunan Kudus
Sunan Kudus lahir pada pertengahan abad 15 M atau 9 H. ayahnya bernama Raden Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung di Jipan Panolan, Blora. Sunan Kudus atau Jafar Shodiq anak dari hasil perkawinan Sunan Ngudung dengan Syarifah (cucu Sunan Ampel).
Karya dan Dakwahnya:
1. Mendirikan masjid Menara Kudus
2. Tembang Maskumambang
3. Tembang Mijil

7. Sunan Muria
Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga. Ibunya bernama Dewi Sarah. Disebut Sunan Muria karena wilayah syiar Islamnya meliputi lingkungan Gunung Muria.
Karya dan Dakwahnya:
1. Tembang Sinom
2. Tembang Kinanti

8. Sunan Gunung Jati
Namanya Syekh Nurullah karena tingal didaerah Gunung Jati wilayah Cirebon maka disebut sebagai Sunan Gunung Jati. Nama lain dari Sunan Gunung Jati adalah : Fatahillah, Falatehan, Syarif Hidayatullah, Syekh Nurudin Ibrahim Ibnu Maulana Ismail, Said Kamil, Maulana Syekh Makdum Rahmatullah.

9. Sunan Kalijaga
Ia lahir diperkirakan pada 1430-an. Namanya adalah Raden Sahid. Ia putra Tumenggung Wilwatikta, Adipati Tuban. Ibunya bernama Dewi Nawangrum.
Karya dan Dakwahnya:
1. Sokoguru Masjid Demak yang terbuat dari tatal
2. Gamelan Nagawilaga
3. Gamelan Guntur Madu
4. Gamelan Nyai Sekati
5. Gamelan Kyai Sekati
6. Wayang Kulit Purwa
7. Baju Takwa
8. Tembang Dhandhangula
9. Kain Batik Motif Garuda
10. Syair Puji-pujian Pesantren
11. lima sikap (narima ing pandum) yaitu: rela, nerima, temen, sabar, dan budi luhur.




Referensi

Azra, Azyumardi, Prof. Dr. 2004. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara abad XVII dan XVIII. (Jakarta: Pustaka Kencana)

Purwadi, M. Hum Dr dan. Niken, Eris H, M. Hum, Dra. 2007. Dakwah Wali Songo Penyebaran Islam Berbasis Kultural di Tanah Jawa. (Yogyakarta: Panji Pustaka)

Abdurrahman Mas’ud, M.A., Ph.D. 2004, Intelektual Pesantren: Perhelatan Agama dan Tradisi, cet. I. (Yogyakarta: LKiS)

0 komentar:

Posting Komentar