Penayangan bulan lalu

MENYATUKAN ISLAM DALAM PERBEDAAN

Sabtu, 04 Juni 2011

Agama Dan Kebudayaan Dalam Islam



 
A)                Pendahuluan
Islam memberikan posisi tertinggi bagi agama melebihi akal. Penghargaan itu begitu tinggi sehingga tidak jarang akal harus kalah dalam menentukan suatu hal yang di inginkan oleh akal akan tetapi tidak di perbolehkan oleh agama. Akan tetapi seiring berkembangnya zaman, agama menjadi sesuatu yang di abaikan oleh sebagian masyarakat yang tidak menginginkan terkekang oleh aturan agama, bebas dari segala aturan yang mengikat dalam agama bahkan menganggap bahwa agama tidak dibutuhkan lagi pada era modern ini. Lebih dari pada itu beberapa orang yang menamakan diri sebagai ilmuan, peneliti atau yang lain sebagainya mengatakan bahwa agama adalah produk dari kebudayaan .

B)                Definisi
Agama secara mendasar dan umum, dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib, khususnya dengan tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia yang lainnya serta mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya.[1]
Kemudian kata “kebudayaan” menurut bahasa berasal dari kata “budh”(bahasa Sansakerta) yang berarti “akal”. Kemudian dari kata “budh” itu berubah menjadi “budhi” dan jamaknya “budhaya” selanjutnya menjadi kata “kebudayaan”lantaran di indonesiakan dengan mendapat awalan “ke” dan “an”. Dalam bahasa arab kata “kebudayaan” itu disebut dengan “ats- Tsaqofah” yaitu mashdar dari “tsaqifa-yatsqofu” yang artinya pendidikan,pengajaran atau penajaman. Salain kata “Tsaqofah” dalam bahasa arab yang diartikan  dengan kebudayaan terdapat juga kata “At-Tamaddud” dan “Al-Hadloroh”, kemudian dalam bahasa inggris disebut “culture” dan dalam bahasa belanda “cultruur” dan dalam bahasa latin “cultura”.[2]
Setelah menegetahui arti “kebudayaan” menurut bahasa, maka terdapat berbagai pengertian mengenai “kebudayaan”, tapi disini hanya akan disebut sebagian definisi dari beberapa tokoh penting, yaitu:
1.                  Dr. Ir. Soekarno berkata “kebuyaan adalah ciptaan hidup yang timbul daripada manusia”
2.                  Dr. Muhammad Hatta mengatakan “kebudayaan adalah ciptaan hidup daripada suatu bangsa
3.                  Ki Sarmidi Mangunsarkoro mengatakan “yang disebut kebuyaan adalah segala sesuatu yang merupakan (bersifat) hasil dari kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya”
4.                  Prof. Mr. Sutan Takdir Alisyahbana (ahli bahasa indonesia) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut : “kebudayaan ialah penjelmaan cara berpikir dari sekumpulan manusia pada satu tempat dan satu ruang.[3]
Sebenarnya masih banyak sekali definisi kebudayaan yang dikemukakan oleh para ahli peminat kebudayaan, akan tetapi dari beberapa definisi yang dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa definisi kebudayaan adalah “ kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan daripada kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.

C)    Pembahasan

                  Agama
                     Secara lebih khusus, dengan melihat masalah –masalah yang menjadi jangkauan agama, maka agama juga dapat diartikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasi dan memberi respon terhadap sesuatu yang dirasakan dan diyakini sebagai sesuatu yang gaib dan suci.
                  Agama dibedakan dari isme-isme yang lainnya karena ajaran-ajaran  agama selalu bersumber pada wahyu yang berisikan petunjuk dari Tuhan atau wangsit (dalam agama-agama primitif dan lokal) dan diturunkan kepada Nabi atau “pesuruh-Nya”. Melalui nabi ajaran tersebut di ajarkan kepada sahabat-sahabatnya yang merupakan kelompok pertama sebagai penganut agama tersebut. Dalam agama samawi dan agama-agama besar lainnya, agama yang diturukan melalui wahyu tersebut dibukukan menjadi kitab suci, Dan begitu pula ajaran-ajaran para nabi. Sedangkan dalam agama primitif ajaran-ajaran agama tersebut tidak dibakukan dalam bentuk tertulis tetapi dalam bentuk lisan sebagaimana terwujud dalam tradisi-tradisi dan upacara-upacara.[4]
                  Bagi para penganutnya, agama berisikan ajaran-ajaran , mengenai kebenaran tertinggi dan mutlak tentang eksistensi manusia dna petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat didunia dan di akhirat (setelah mati), yaitu sebagai manusia yang takwa kepada Tuhannya, beradab dan manusiawi yang berbeda dari cara hidup hewan dan mahluk gaib yang berdosa (jin, setan).
                  Agama sebagai sebuah sistem keyakinan dapat menjadi bagian dari sistem-sistem nilai yang ada dalam kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan, dan menjadi pendorong serta pengontrol bagi tindakan-tindakan anggota masyarakat tersebut untuk berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran-ajaran agamanya, atau denga kata lain sistem-sistem nilai dari kebudayaan tersebut terwujut sebagai simbol-simbol suci yang maknanya bersumber dari ajaran-ajaran agama yang menjadi kerangka acuannya. Dalam keadaan demikian maka, secara langsung ataupun tidak langsung, etos yang menjadi pedoman dari eksistensi dan kegiatan berbagai pranata yang ada dalam masyarakat dipengaruhi, digerakkan dan diarahkan oleh agama yang dianutnya, dan terwujud dalam kegiatan-kegiatan para warga masyarakatnya sebagai tindakan-tindakan dan karya-karya yang diselimuti oleh simbol-simbol suci.[5]
                  Semua keyakinan agama yang diketahui, baik yang sederhana maupun yang kompleks,mempunyai satu ciri yang sama, semuanya berisikan suatu sistem penggolongan mengenai segala sesuatu baik yang nyata maupun ideal mengenai apa yang difikirkan menusia kedalam dua golongan yang saling bertentangan, yang umumnya ditandai dengan dua istilah yang berbeda yang terjemahkan menjadi Profane (duniawi) dan Sacred (konsep suci).[6]
                  Dari semua keterangan diatas, menunjukan besarnya peran agama dalam mengatur kehidupan manusia baik yang lahiriah maupun batiniah. Ini berarti manusia tidak dapat hidup tanpa mengunakan agama, apalagi melepaskan agama. Tuhan menciptakan demikian karena agama adalah kebutuhan hidup manusia seperti udara yang menjadi kebutuhan manusia setiap detik untuk hidup. lebih dari pada itu, Islam menempatkan posisi agama sebagai Fitrah  yang dimiliki setiap manusia, dalam surat Ar-Ruum ayat 30 Allah berfirman:

30.       Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],[7]

Kebudayaan
            Walaupun terdapat banyak perbedaan pendapat dalam mendefinisikan kata “ kebudayaan”, akan tetapi para ahli kebudayaan sepakat mengenai beberapa hal dalam kebudayaan, salah satunya adalah mengenai faktor-faktor yang menimbulkan kebudayaan, diantara faktor-faktornya ialah:[8]
1.      Faktor geografis dan millieu (letak daerah dan lingkungan). Misalnya: orang yang tinggal di daerah pantai biasanya mempunyai keahlian dalam menangkap ikan dan pelayaran. Sedangkan orang yang tinggal di daerah pegunungan pandai dalam bercocok tanam.
2.      Faktor bangsa atau nation. Oleh karena adannya perbedaan bangsa, maka berbeda pula dalam cara, watak, pembawaan, adat istiadat daripada masing-masing bangsa.
3.      Faktor Agama. Contoh :adanya agama Hindu dan Bhudha maka menjelmalah kuil-kuil dan wihara-wihara berikut candi-candinya. Adanya agama Kristen dan Katholik maka muncullah gereja- gereja. Demikian pula dengan adanya agama Islam maka berdirilah masjid-masjid, mushalla, dan pesantren- pesantren dan berbagai corak kebudayaan lainnya yang di ilhami oleh agama islam.
Selain faktor-faktor yang menimbulkan  kebudayaan, terdapat pula lapangan kebudayaan yang di utarakan oleh T.M. Usman el Muhammady, lapangan-lapangan kebudayaan itu ialah:[9]
a.          Falsafah : Penjelmaan dari kegiatan pemikiran manusia mencari kebenaran.
b.      Ilmu Pengetahuan : kegiatan manusia untuk mencari mengetahui alam, baik yang diluar manusia ataupun yang di dalam diri manusia
c.         Ekonomi : Penjelmaan daripada rasa mempertahankan hidup yang di susun dengan pikiran.
d.      Sosial : Penjelmaan rasa untuk melanjutkan hidup (turunan) yang disusun pikiran
e.          Politik : Penjelmaan dari pada pikiran manusia untuk membentuk kekuasaan sehingga dapar membentuk peri kehidupan dengan sebaik-baiknya
f.          Kesenian : Penjelmaan dari pada rasa keindahan
Selanjutnya, bila diperhatikan dengan seksama , maka dalam garis besarnya kebudayaan itu dapat dibagi menjadi dua bagian:
Pertama : Materil cultuur (kebudayaan kebendaan, kebudayaan jasmaniah, benda-benda kebudayaan ) yaitu hasil kerja jiwa manusia yang dapat dilihat atau diraba. Misalnya : lukisan, bangunan, pakaian,perkakas-perkakas, ukiran dan lain sebagainya.
Kedua   : Gestelijk cultuur (kebudayaan kejiwaan, kebudayaan rohaniah, kebudayaan sepirituil, pemikiran kebudayaan) yaitu hasik kerja pikiran, jiwa manusia yang tidak dapat dilihat ataupun diraba oleh manusia. Misalnya : tata cara, ilmu pengetahuan, filsafat, seni suara, dan lain sebagainya.[10]
            Seorang sarjana Barat bernama F.Ratsel (1844-1904) mempunyai teori tentang cara meluas dan berkembangnya suatu kebudayaan. Teorinya ialah bahwa perluasan dan perkenbangan suatu kebudayaan adalah karena disebabkan oleh salah satu dari dua hal berikut[11] :
  1. Migratie atau perpindahan golongan. Misalnya perpindahan orang-orang Inggris ke Amerika.
  2. Kontak atau terjalinnya suatu hubungan. Misalnya dengan terdaptnya suatu perdagangan, penjelajahan, atau peperangan dan lain.
Kalau dua kebudayaan telah bertemu maka akan terjadi beberapa kemungkinan:
  1. Akulturasi, yaitu bila unsur-unsur kebudayaan pendatang lambat laun diterima dan diolah sedemikian rupa, sehingga tidak menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
  2. Assimilasi, yaitu kebudayaan kelompok pendatang dan penerima masing-masing berubah saling menyesuaikan diri menjadi satu.
  3. Symbiotic, yaitu bentuk dari pada masing-masing kebudayaan tidak berubah, atau dengan kata lain kedua kebudayaan menjalankan kebudayaannya masing-masing.
  4. Adoptasi (bukan Adaptasi) yaitu apabila kebudayaan yang baru dapat memusnahkan budaya asli dan yang berkembang adalah kebudayaan yang baru.
Dalam Islam kebudayaan lebih dari sekedar manifestasi dari hasil kerja manusia, akan tetapi  Islam mempunyai kebudayaan sendiri yaitu kebudayaan Islam yang mempunyai arti “ penjelmaan dari jiwa seorang muslim yang didasari  dan mencerminkan ajaran Islam dan arti yang seluas-luasnya”. Islam mempunyai sumber sendiri dalam membentuk sebuah kebudayaan yang islami yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah, keduanya menjadi pegangan bagi seorang muslim.
Karena Islam mempunyai sumber sendiri dalam membentuk sebuah kebudayaan, secara otomatis Islam juga mempunyai tujuan tersendiri dengan kebudayaan tersebut. Secara umun dapat dilihat dari semua bentuk kebudayaan hanya ingin menunjukan identitas suatu kaum,suku atau bangsa. Tapi lebih dari pada menunjukan pencerminan kehidupan muslim dalam kebudayaan tersebut, dalam kebudayaan islam mempunyai tujuan untuk mendapatkan “mardhatillah” pula. Dengan kata lain kebudayaan islam bertujuan untuk mendapatkan ridha Allah.
Oleh karena kebudayaan islam adalah sebagian dari  kebudayaan secara keseluruhan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan kebudayaan Islam adalah identik dengan tujuan hidup manusia dan identik pula dengan tujuan muslim, yaitu : mengharap ridha Allah swt.



D)    Kesimpulan
Setelah membaca tulisan di atas maka dapat di simpulkan bahwa agama bukanlah produk budaya yang selama ini diprakarsai oleh orang –orang barat untuk menghilangkan kesakralan agama yang menjadi panduan manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Dan untuk lebih jelasnya lagi, agama dapat di bagi menjadi dua yaitu, atau agama “ardhi” atau “wadh’i” (agama ciptaan manusia), dalam hal agama ini boleh jadi agama sebagi produk dari kebudayaan. Tetapi kalau yang dimaksud adalah agama “samawi”( seperti Islam) , maka hal it tidak dapat dibenarkan. Sebab agama “samawi” bukanlah produk budaya atau hasil berpikir dan cara merasa manusia. Melainkan ajaran dari Allah yang di bawa oleh Rasul untuk keselamatan dan kebahagian manusia.


        Reference:
Ø  Idris. Taufik H, Mengenal Kebudayaan Islam, Surabaya, PT.Bina Ilmu 1983.
Ø  Robertson. Roland, Agama: Dalam Analisa Dan Interpretasi Sosiologi, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada 1995.
Ø  Al-Qur’an








[1] Robeston.Roland, Agama: Dalam Analisa Dan Interpretasi Sosiologi,(Jakarta: PT Raja Grafindo 1995), hal 1
[2] Idris.Taufiq H, Mengenal Kebudayaan Islam,(Surabaya:Bina Ilmu 1983), hal 11
[3] Ibid, hal 12
[4] Op.cit. hal 3
[5] Op.cit. hal 4
[6] Op.cit. hal 7
[7] Al-qur’an Ar-Ruum: 30
[8] Ibid. Hal 13
[9] Ibid. 14
[10] Ibid. 15
[11] Ibid. 18

0 komentar:

Posting Komentar